AmazingTomohon.com
Not everyone can see what you see
SAMBUTAN HANGAT BAGI RAJA SURGAWI,
PEMBERSIHAN BAIT SUCI, DAN PENGUTUKAN POHON ARA
Dalam berita ini kita akan membicarakan Matius D 21:1-22 yang mencakup tiga masalah: sambutan terhadap Raja yang lemah lembut (ayat 1-11); pembersihan Bait Suci (ayat 12-27); dan pengutukan pohon ara (ayat 18-22).
Menurut keempat Injil, Tuhan Yesus tidak melakukan hal-hal dengan maksud agar Dia mendapat sambutan yang hangat. Sebaliknya, Dia selalu siap menerima penolakan. Tetapi dalam 21:1-11 Dia telah mempersiapkan segala sesuatu untuk disambut dengan hangat. Hal ini menggenapkan nubuat Zakharia 9:9.
Raja datang mengendarai seekor keledai betina dan seekor keledai muda melambangkan keadaan yang rendah yang dengan rela dijalani oleh Raja kerajaan surgawi. Tuhan Yesus tidak menunggang kuda masuk Yerusalem dengan megah. Tuhan Yesus datang tidak untuk berjuang atau bersaing, melainkan untuk menjadi Raja yang lemah lembut. Tidak ada seorang raja duniawi yang mau berbuat demikian.
Dalam ayat 7-8 terdapat sambutan hangat dari orang banyak. Mereka menghormati Tuhan dengan menghamparkan pakaiannya di jalan. Pakaian melambangkan kebajikan manusia dalam perilaku. Menghamparkan pakaian juga berarti menghormati Tuhan dengan segala sesuatu yang mereka miliki. Tidak peduli betapa miskinnya seseorang, paling tidak ia punya pakaian untuk menutupi dirinya. Kita perlu menghormati Tuhan dengan apa adanya kita. Walau kita ini berdosa, kasihan, dan bahkan jahat, Tuhan dihormati dengan apa adanya kita.
Mereka juga menyebarkan ranting-ranting di jalan (ayat 8). Ranting-ranting di sini adalah ranting-ranting pohon palem (Yoh. 12—13), yang melambangkan hayat yang menang (Why. 7:9) dan kepuasan dari menikmati hasil yang kaya dari hayat itu, seperti yang dilambangkan oleh hari raya Pondok Daun (Im. 23:40; Neh. 8:15). Ini berarti mereka mengenal Dia sebagai satu-satunya persona yang memiliki hayat yang menang.
Dalam ayat 9, mereka berseru “Hosana bagi Anak Daud.” Kata Ibrani Hosana berarti “selamatkanlah sekarang” (Mzm. 118:25). Dari pujian orang yang menyambut Sang Raja, jelaslah bagi kita bahwa Dialah persona yang diutus oleh Allah, yaitu orang yang datang dalam nama Tuhan (ayat 26). Tetapi di Yerusalem masih saja orang mengenal Dia sebagai nabi dari Nazaret di Galilea (ayat 11).
Ketika Tuhan masuk ke Kota Yerusalem, perkara pertama yang Dia lakukan ialah membersihkan Bait Allah (ayat 12). Hati-Nya bukan untuk kerajaan-Nya, melainkan untuk rumah Allah. Ketika kita menyambut Tuhan ke dalam kita sebagai Raja kita, Dia membersihkan Bait Allah, yang hari ini adalah roh kita, tempat kediaman Allah (Ef. 2:22). Roh kita harus menjadi rumah doa, tetapi karena telah jatuh, roh kita dijadikan sarang penyamun. Tetapi ketika Yesus masuk ke dalam kita, Dia mengusir semua penyamun dan membersihkan Bait Suci roh kita.Setelah pembersihan, Tuhan menyembuhkan orang buta dan orang timpang dalam Bait Allah (ayat 14). Ini menunjukkan bahwa pembersihan Bait Allah membuat orang mempunyai daya lihat untuk melihat dan mempunyai kekuatan untuk bergerak sehingga mereka akan memuji Tuhan seperti anak-anak kecil (ayat 15) .
Ayat 17 menunjukkan bahwa Raja Surgawi meninggalkan Yerusalem dan bermalam di Betania (Mrk. 11:19; Luk. 21:37), lokasi rumah Maria, Marta, dan Lazarus, dan rumah Simon (Yoh. 11:1; Mat. 26:6). Di Yerusalem Dia ditolak oleh para pemimpin agama Yahudi, tetapi di Betania Dia disambut oleh orang-orang yang mengasihi diri-Nya. Banyak orang Kristen setelah menerima Kristus ke dalam mereka dan mengalami pembasuhan-Nya dalam roh mereka, mereka tidak mencintai-Nya. Sebab itu dalam pengalaman mereka Tuhan meninggalkan mereka. Dalam arti yang jelas, agama hari ini adalah Yerusalem bagi Tuhan Yesus, bukan tempat Dia bermalam. Pencinta Kristus bukan di Yerusalem, melainkan di Betania. Dalam ayat 18, Tuhan lapar dalam perjalanan-Nya kembali ke kota. Kemudian Ia melihat pohon ara, tetapi tidak berbuah (ayat 19). Pohon ara di sini menunjukan simbol bangsa Israel (Yer. 24:2, 5, 8). Pada saat itu bangsa Israel penuh dengan penampilan lahir, tetapi tidak memiliki apa-apa untuk memuaskan Allah.Karena pohon ara tersebut tidak berbuah, menyebabkan pohon ara itu dikutuk oleh Tuhan (ayat 19). Ini melambangkan kutuk atas bangsa Israel. Sejak saat itu, bangsa Israel benar-benar kering. Menurut pengalaman kita, karena kita tidak berbuah, kita menjadi kering. Ketika seseorang menjadi kering, maka rohnya tidak berfungsi. Jika roh kita tidak dibersihkan untuk memberi Allah penyembahan yang tepat dan berbuah bagi kepuasaan-Nya, kerajaan juga akan diambil darikita dan diberikan kepada orang lain. Ayat 20-22 menunjukkan bahwa Tuhan mengutuk pohon ara oleh iman. Doa yang penuh iman dapat memindahkan gunung yang menghalangi.