AmazingTomohon.com
Not everyone can see what you see
Edisi 27 Maret 2016 – Pembacaan Ayat Alkitab: Luk. 6:1-11
6:1 Pada suatu hari Sabat, ketika Yesus berjalan di ladang gandum, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya, sementara mereka menggisarnya dengan tangannya.
6:2 Tetapi beberapa orang Farisi berkata: “Mengapa kamu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat?”
6:3 Lalu Yesus menjawab mereka: “Tidakkah kamu baca apa yang dilakukan oleh Daud, ketika ia dan mereka yang mengikutinya lapar,
6:4 bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah dan mengambil roti sajian, lalu memakannya dan memberikannya kepada pengikut-pengikutnya, padahal roti itu tidak boleh dimakan kecuali oleh imam-imam?”
6:5 Kata Yesus lagi kepada mereka: “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.”
6:6 Pada suatu hari Sabat lain, Yesus masuk ke rumah ibadat, lalu mengajar. Di situ ada seorang yang mati tangan kanannya.
6:7 Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengamat-amati Yesus, kalau-kalau Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat, supaya mereka dapat alasan untuk mempersalahkan Dia.
6:8 Tetapi Ia mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada orang yang mati tangannya itu: “Bangunlah dan berdirilah di tengah!” Maka bangunlah orang itu dan berdiri.
6:9 Lalu Yesus berkata kepada mereka: “Aku bertanya kepada kamu: Manakah yang diperbolehkan pada hari Sabat, berbuat baik atau berbuat jahat, menyelamatkan nyawa orang atau membinasakannya?”
6:10 Sesudah itu Ia memandang keliling kepada mereka semua, lalu berkata kepada orang sakit itu: “Ulurkanlah tanganmu!” Orang itu berbuat demikian dan sembuhlah tangannya.
6:11 Maka meluaplah amarah mereka, lalu mereka berunding, apakah yang akan mereka lakukan terhadap Yesus.
Memperhatikan Keperluan Orang
Doa baca: “Kata Yesus lagi kepada mereka: ‘Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.’” (Luk. 6:5)
Dalam 6:1-11 terdapat dua kasus tentang Tuhan meruntuhkan peraturan-peraturan Sabat yang cacat. Dia melakukan hal ini demi kepuasan dan kebebasan orang-orang. Peraturan-peraturan Sabat diberikan dalam Perjanjian Lama. Namun, para agamawan Yahudi menyalahgunakan peraturan-peraturan itu dan membuatnya menjadi cacat, menyimpang. Karena itu, ketika Tuhan Yesus datang sebagai Manusia-Penyelamat, Dia memperhatikan manusia, bukan memperhatikan peraturan-peraturan yang cacat itu. Demi manusia, Dia sengaja meruntuhkan peraturan-peraturan sabat yang cacat itu.
Kasus yang pertama tentang meruntuhkan peraturan-peraturan itu tercatat dalam 6:1-5. Melanggar Sabat adalah satu perkara serius di mata orang-orang Farisi yang agamis. Bagi mereka, murid-murid Tuhan tidak boleh memetik butiran gandum dan memakannya pada hari Sabat. Menurut pengetahuan mereka yang miskin terhadap Kitab Suci, mereka memperhatikan liturgi tentang memelihara Sabat, bukan memperhatikan orang-orang yang lapar. Sebaliknya, Tuhan memperhatikan kepuasan para pengikut-Nya. Dalam 6:5 Tuhan berkata kepada orang-orang Farisi, “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” Ini menunjukkan keilahian-Nya. Dia yang menentukan Sabat, dan Dia tentunya berhak mengubah apa yang telah ditentukan-Nya mengenai Sabat.
Kasus yang kedua tentang Tuhan meruntuhkan peraturan-peraturan sabat yang cacat terdapat dalam 6:6-11. Di sini Tuhan memulihkan seorang yang mati tangan kanannya. Dengan belas kasihan-Nya, Manusia-Penyelamat memulihkan orang yang mati tangan kanannya itu. Di sini belas kasihan dan kuat-kuasa penyembuh-Nya adalah pembauran dari kebajikan insani-Nya dengan atribut ilahi-Nya. Karena itu, sekali lagi atribut ilahi-Nya terekspresi dalam kebajikan insani-Nya. Dalam dua kejadian itu Tuhan meruntuhkan peraturan-peraturan sabat yang cacat demi kepuasan dan kebebasan orang-orang. Dalam 6:1-5 Dia memperhatikan kebebasan orang yang mati tangan kanannya itu. (PH Lukas, berita 13, W. Lee)
Ayat Hafalan 1: “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” (Rm. 8:37)
Ayat Hafalan: “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan.” (Rm. 12:11)
Jadwal Pembacaan Perjanjian Lama: Ul. 32:48—342